
JAKARTA – Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Deddy Yevry Sitorus merespons positif pesan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Presiden Prabowo Subianto agar jangan sampai ada matahari kembar atau dualisme kepemimpinan di Republik Indonesia.
Deddy menyinggung ada pihak yang masih membayang-bayangi kepemimpinan Prabowo. Dia mengibaratkan pihak itu sudah jadi bulan namun masih ingin jadi matahari.
“Itu pesan yang baik. Sebenernya kan bukan matahari kembar, ini ada bulan yang udah jadi bulan masih pengen matahari juga. Selalu kalau datang bulan kan bikin masalah,” ujar Deddy Yevry di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 11 Februari.
Namun Deddy enggan menyebutkan siapa bulan yang dimaksud. Saat disinggung nama mantan Presiden Jokowi Widodo, legislator PDIP itu tak mengamini.
“Itu kan simpulanmu,” kata Deddy.
BACA JUGA:
Lebih lanjut, Deddy menanggapi pernyataan Prabowo soal ada pihak yang ingin memisahkan dirinya dengan Jokowi. Menurutnya, seharusnya memang ada pemisahan antara presiden dan mantan presiden.
“Ya kan pisah dong orang udah berbeda, masa digabung-gabungin, nanti apa kata orang. Memang kan harus pisah, satu mantan presiden, satu presiden,” katanya.
“Hubungan yang baik bukan harus nempel lalu keputusan pak Prabowo juga harus sesuai dengan pak Jokowi. Kan setiap pemimpin punya challenge sendiri,” lanjut Deddy.
Deddy menganggap bahwa saat ini hanya ada satu kepala negara di Indonesia, yakni Presiden Prabowo Subianto. Jika ada pihak lain yang masih merasa menjadi pemimpin, menurutnya, maka tidak lagi sama kewenangannya.
“Ya nggak tau, tapi saya sih menganggap bahwa matahari ya cuma pak prabowo. Kalau yang lain masih merasa matahari atau bulan yang nggak purnama lagi, gitu aja,” pungkas Deddy.
Sebelumnya, Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan hubungannya dengan Prabowo sangat baik dari dulu hingga hari ini.
“Empat tahun angkatan dengan beliau, saya sangat dekat dan kami bersahabat dekat tapi juga bersaing dalam arti berkompetisi secara sehat karena baik sebagai sahabat tetap menjaga kedekatan tapi juga berkompetisi dalam arti ingin sama-sama sukses Pak Prabowo di baret merah saya di baret hijau,” kata SBY dikutip dari kanal Youtube Liputan6 SCTV, Senin,10 Februari.
SBY menegaskan, pada prinsipnya, dirinya menghormati posisi Prabowo sebagai presiden dan sebaliknya. Namun pada intinya, SBY menegaskan tidak ada dualisme kepemimpinan di Indonesia.
“Saya menghormati beliau, dan beliau hormati saya, dan falsafah saya, di Indonesia hanya ada satu matahari, pak prabowo tak boleh ada matahari kembar,” kata SBY.