
JAKARTA – Mahkamah Agung Israel mengeluarkan perintah pada Jumat untuk sementara waktu ‘memblokir’ keputusan pemecatan kepala dinas intelijen dalam negeri saat para pengunjuk rasa kembali turun ke jalan untuk hari keempat.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pekan lalu mengumumkan dirinya kehilangan kepercayaan terhadap kepala Shin Bet, Ronen Bar, dan bermaksud untuk memecatnya.
Pemecatan Ronen Bar lantas memicu puluhan ribu orang untuk bergabung dalam demonstrasi di Yerusalem dan Tel Aviv pekan ini untuk memprotes pemecatan tersebut.
“Saya melihat akhir dari jalan Israel seperti yang kita ketahui di masa lalu. Kami sangat khawatir bahwa ini adalah hari-hari terakhir Israel sebagai negara demokrasi,” kata Uri Arnin, seorang pengusaha yang bergabung dalam protes di luar kediaman Netanyahu di Yerusalem.
“Kami di sini untuk mencoba dan mengubah arah ini, tetapi peluangnya tidak terlalu tinggi,” katanya dilansir Reuters, Jumat, 21 Maret.
Netanyahu, dengan mayoritas yang aman di parlemen dan didukung oleh kembalinya Menteri Keamanan Nasional garis keras Itamar Ben-Gvir, mampu menepis protes tersebut.
Tetapi protes tersebut menekankan perpecahan dalam masyarakat Israel yang telah semakin dalam sejak ia kembali berkuasa pada akhir tahun 2022.
BACA JUGA:
Pemecatan Bar menyusul permusuhan selama lebih dari dua tahun antara pendukung Netanyahu dan unsur-unsur lembaga keamanan dan pertahanan yang diperburuk oleh kesalahan atas kegagalan yang memungkinkan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, bencana keamanan terburuk dalam sejarah Israel.
Saat pertikaian atas kepala Shin Bet meluas, penyiar publik Israel Kan melaporkan mosi tidak percaya terhadap Jaksa Agung Gali Baharav Miara, yang sering menjadi sasaran kemarahan pemerintah, telah dimasukkan dalam agenda rapat kabinet mingguan rutin pada Minggu.