Kesedihan Memengaruhi Otak dan Tubuh, Begini Penjelasannya Menurut Psikologi

Kesedihan Memengaruhi Otak dan Tubuh, Begini Penjelasannya Menurut Psikologi


Ilustrasi kesedihan memengaruhi otak dan tubuh menurut psikologi (Freepik/pikisuperstar)

YOGYAKARTA – Kesedihan atau rasa sakit emosional ternyata tak hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga tubuh dan pikiran. Kesedihan merupakan perasaan yang kompleks. Di satu sisi terasa terluka tetapi di sisi lain ini adalah perasaan alami serta berperan dalam proses penyembuhan yang membantu kita untuk ikhlas dan melepaskan trauma atas kehilangan.

Kesedihan dikaitkan dengan perubahan yang nyata dalam aktivitas otak yang dapat dideteksi melalui pencitraan saraf. Perubahan ini terlihat di berbagai wilayah otak terkait dengan berbagai aspek pengalaman berduka. Saat mendengar kata-kata, misalnya, terutama yang terkait dengan rasa kehilangan, akan terjadi peningkatan aktivitas di amigdala. Ini adalah area otak yang terkait dengan emosi negatif dan ketakutan. Melansir Positive Psychology, Rabu, 5 Maret, area ini bereaksi mirip dengan seseorang yang mengalami depresi klinis.

kesedihan memengaruhi otak dan tubuh menurut psikologi
Ilustrasi kesedihan memengaruhi otak dan tubuh menurut psikologi (Freepik/DC Studio)

Penelitian menunjukkan, bahwa pemulihan kesedihan lebih lambat pada seseorang yang berduka dan memiliki aktivitas lebih tinggi pada nukleus akumbens. Ini adalah suatu wilayah otak yang terkait dengan pengejaran hasrat, yang kemungkinan mencerminkan aktivitas berkelanjutan untuk mencari apa yang hilang.

Kesedihan juga memiliki efek jangka panjang. Seseorang yang sedihnya disimpan dalam waktu yang lama, menunjukkan penurunan kognitif yang lebih besar. Ini merupakan indikator awal dari kondisi neurodegeneratif yang bisa jadi serius, seperti penyakit Alzheimer.

Tidak hanya otak yang berdampak pada kesedihan. Tubuh juga mengalami perubahan. Perasaan sedih, atau patah hati, mungkin bersifat subjektif. Fenomena ini menurut studi ilmiah, merujuk pada peningkatan risiko kematian setelah kehilangan orang yang dicintai. Khususnya risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular.

Dalam survei skala besar terhadap para duda, risiko penyakit jantung koroner dua kali lebih tinggi dalam enam bulan setelah mereka kehilangan. Studi lain menunjukkan peningkatan risiko penyakit jantung bisa lebih signifikan daripada risiko terkait merokok. Jadi, stres fisik yang terkait dengan patah hati harus dipahami secara harafiah. Bahwa kesedihan membuat stres secara fisik.

Bagi seseorang, kesedihan bisa begitu rumit. Karena dalam kegigihan untuk pulih, kesedihan bisa dirasakan kembali sebagai proses melepaskan. Dalam proses yang sehat, penting untuk benar-benar melalui rasa sedih. Sebagian orang mungkin sulit, ada pula yang mudah dalam prosesnya melewati kesedihan. Kalau proses berduka menyerupai gradien menurun, berlawanan dengan kurva berbentuk U, akan memperpanjang durasi pengalaman berduka. Ini bisa menahun dan tak baik bagi kesehatan mental.

Kalau mengalami kesedihan yang rumit, penting untuk berkonsultasi dengan pendekatan klinis. Karena yang mengalaminya membutuhkan intervensi profesional untuk menghindari trauma yang lebih dalam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *