
JAKARTA – Pemerintah Indonesia kembali melanjutkan pembahasan kerja sama ekonomi dengan Rusia.
Adapun pertemuan Sidang Komisi Bersama ke-13 tentang Perdagangan, Ekonomi, dan Kerja Sama Teknis antara Indonesia dan Rusia menghasilkan penjajakan peluang kerja sama multisektor.
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi mengungkapkan, pertemuan tersebut setelah sempat tertunda akibat pandemi COVID-19.
Pertemuan kali ini, lanjutnya, masih bersifat umum, dan menjadi langkah awal untuk memperluas kerja sama strategis ke depan.
“Ini hanya hasil pembahasan panjang, jadi belum tidak ada hal yang spesifik. Kita hanya memperluas hubungan kerjasama saja sama mereka dan ini bagian dari proses yang sudah disiapkan sejak lama, kan awalnya 2018, tapi kan kemudian berhenti karena COVID-19. Sekarang kita lanjutkan lagi,” ujarnya kepada awak media, Selasa, 15 April.
Edi menyampaikan, fokusnya pada penguatan hubungan kerja sama, terutama di bidang perdagangan, investasi, dan teknologi.
Selain itu, Edi menambahkan adanya potensi kerja sama agar perusahaan-perusahaan Rusia dapat melakukan investasi ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia
“Ya, kita kan membuka semua kesempatan. Jadi tidak ada sesuatu yang terus kemudian. Pada prinsipnya kan kita, KEK bisa terbuka untuk siapapun,” ujarnya.
Meski demikian, Edi menegaskan belum ada komitmen perusahaan Rusia untuk melakukan investasi ke KEK lantaran saat ini masih dalam tahap eksplorasi sehingga belum ada kesepakatan final.
“Belum, kita baru mengeksplore kesempatan untuk itu. Ya kan, Karena kan kita punya, memang punya kawasan-kawasan yang khusus, kan, Nah, itu kita tawarkan ke mereka,” tuturnya.
Terkait isu energi, Edi menegaskan belum ada rencana konkret terkait impor minyak mentah (crude oil) dari Rusia.
“Belum (ada kesepakatan), Belum ada. Kita baru menjajaki dan melihat semua kemungkinannya. Oke. Jadi itu ada, ya,” imbuhnya.
Ihwal larangan ekspor produk kelapa asal Indonesia ke Rusia, Edi menyampaikan, hal tersebut akan dibahas dalam sesi perdagangan (trade) sehingga tidak disinggung dalam pertemuan ini karena sesi merupakan wrap-up secara keseluruhan.
Edi menegaskan, pembahasan teknis masih akan dilanjutkan dalam pertemuan mendatang karena saat ini momentum untuk membuka kembali ruang komunikasi dan kerja sama yang sempat tertunda.
“Secara detail, itu nanti masih dalam proses pembahasan lagi, ya. Ini tadi kan baru mengembalikan lagi pembahasan setelah 2018. Jadi belum ada yang terus kemudian kita akan detailkan. Nanti akan ada pembahasan. Kalau misalnya nanti dari sisi bisnis, terutama dari private sector tertarik, ya nanti kita tawarkan ke mereka,” pungkas Edi.
BACA JUGA:
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menegaskan, pembahasan masih dalam tahap eksplorasi antar pemerintah, belum mengarah pada bentuk kontrak atau perjanjian kerja sama formal.
“(Pembelian minyak mentah dari rusia) ya kita semua potensi kerja sama ya kita eksplor, ini kan bukan perjanjian kerja sama kontrak segala macam ini kan antar pemerintah dan pemerintah kita eksplor,” tuturnya.